Arief T, IF 94, CodeRunners R2 – IUATR 2022
Yup! Get get kaget! Itu mungkin kata yang tepat untuk race ITB Ultra Adventure Trail 2022 – Relay 2 (R2) yang baru saya ikuti.
Gak kebayang bisa sendirian malem-malem di gunung di tengah hutan di event ini wkwkwk.
Terus terang sebelum menjalaninya saya underestimate event & kategori R2 ini. Secara saya sudah pernah FM 42 km di Tahura dengan EG 1500-1900-an meter kalo gak salah. Dan R2 ini kan ‘cuma’ sekitar 50 km dibagi 2. Saya yang relay 2 cuma kebagian 21-an km, EG nya ‘cuma’ 900-an meter.
Kalau di Tahura 42K kemarin saya bisa finish sekitar jam 5-an sendirian. Dengan berdua di R2 IUATR ini saya dengan PD nya yakin bisa finish lebih cepat atau minimal sebelum gelap sudah finish.
Jadi waktu Mas Alex Suhanto bilang peserta R2 adalah pasangan yang ‘khilaf’, dalam hati saya bilang: biasa aja kali…:D hihihi
Jadi terus terang saya agak males menyiapkan mandatory gear yang diperlukan seperti headlamp. Buat apa? Kan saya ceritanya bisa finish sebelum gelap, cieehh.. Tapi akhirnya tetap saya bawa headlamp biar gak kena saat ada random check gear dari panitia aja hehehe…
Begitupun dengan trekking pole. Waktu FM di Tahura saya gak pake trekking pole & gak terlalu masalah. Di IUATR ini kan cuma sekitar setengahnya, jadi buat apa trekking pole?? Tapi akhirnya tetep saya bawa juga karena info dari RD Mas Dendi bisa ada anjing di segmen-segmen akhir, jadi trekking pole bisa buat ngusir anjing hihihi.
Untuk sepatu pun saya cuma pakai sepatu andalan Brooks Ghost yang semi trail (bukan trail asli), sepatu tipe yang sama yang dipakai saat FM Tahura. Jadi seharusnya bisa juga untuk menaklukan IUATR ini.
Di pagi hari saat race day saya menyempatkan diri ke starting point di Sabuga ITB untuk nitip drop bag ke panitia. Setelah foto-foto dengan teman-teman saya bergabung dengan temen-temen 94 untuk sarapan & menuju ke WS3 lanjut ke WS4 tempat kami akan start.
Dalam perjalanan ke WS3 dapat info bahwa Dhito, rekan satu tim R2 saya di CodeRunners yang menjalani leg pertama sudah melewati WS2. Dan benar saja tidak lama kami sampai di WS3 Dhito sudah muncul. Jam masih menunjukkan pukul 9, wah saya harus bergegas ke WS4 karena dari situ saya akan estafet melanjutkan Dhito.
Start pukul 6-an dan sampai di WS3 pukul 9 artinya setiap WS Dhito hanya butuh waktu sekitar 1 jam. Waktu itu saya pikir dari WS3 ke WS4 mungkin Dhito akan butuh waktu yang sama atau paling banter 1,5-2 jam lah.
Saya lupa kalau dari WS1-WS3 itu adalah jalur yang sama dengan R4/R8. Sedangkan dari WS3-WS4 utk Solo & R2 jalurnya berbeda, harus nanjak terjal ke puncak bukit tunggul dan kemudian turun terjal lagi. Begitupun captain tim CodeRunners memprediksi Dhito bisa sampai di WS4 sekitar jam 10.30 hehehe…
Tidak lama setelah Dhito berangkat, saya bersama Bang Aswi segera bergegas menuju WS4 di mana kami akan start. Sebelum jam 9.30 kami sudah ada di WS4 dan setelah foto-foto sebentar langsung pemanasan untuk siap-siap berlari estafet dari Dhito.
Tadinya saya merencanakan mau makan dulu sekitar jam 10 biar ada tenaga karena saya akan berlari minimal 4 jam dan itu melewati jam makan siang. Tapi berhubung Dhito sudah otw ke WS4 dan diprediksi jam 10.30 sudah sampai, saya tidak berpikir untuk makan. Karena pertama takut masih kekenyangan saat start, kedua karena kalau start pukul 10.30 saya prediksi bisa finish 4-5 jam kemudian artinya sekitar jam 15 sudah finish, tidak akan begitu masalah untuk sedikit menunda makan siang.
Jam 10.30 yang diperkirakan sudah tiba, beberapa pelari Solo, R8 tim yang lain sudah ada yang tiba tapi Dhito belum muncul. Beberapa pelari yang baru tiba mengeluhkan marka yang kurang jelas sehingga ada yang nyasar. Saya berpikir mungkin Dhito nyasar.
Di WS4 Warlok ini tidak dapat sinyal, begitupun jalur dari WS3-WS4. Jadi kita tidak tahu posisi pelari saat ini & kita tidak bisa berkomunikasi dengan yang lain.
Sambil menunggu, saya ditawarkan kue balok khas di situ oleh tim lain. Saya cuma berani ambil 1 saja khawatir kekenyangan hehehe. Sambil menunggu kita lanjut lagi ngobrol2 dan foto2 dengan teman2 alumni.

Di salah satu sesi foto saya ambil posisi jongkok, entah kenapa setelah itu tiba-tiba jari kaki saya kram. Lah kenapa ini, lari aja belum sudah kram duluan hahaha… Mungkin saya dalam kondisi yang tidak sepenuhnya prima, memang agak kurang tidur karena perjalanan dst.
Jam sudah menunjukkan lewat dari pukul 11, ada Ido salah satu pelari CodeRunners R4 yang tiba. Saya tanya bagaimana kabar Dhito. Katanya Dhito ada jauh di depannya, tapi kenapa belum sampai ya? Saya berpikir ya kemungkinan Dhito nyasar. Waktu itu belum kepikiran kalau jalur R2 memang beda dengan R4.
Menjelang jam 12, saya ditawari kue balok lagi & Cuma berani ambil 1 lagi karena takut kekenyangan hehehe. Waktu zuhur tiba, saya memutuskan untuk solat dulu, sambil ngecek jalur kedatangan takut Dhito tiba.
Menjelang jam 1, teman-teman 94 R8 sudah tiba. Kami ngobrol-ngobrol dan saya ditawarin mie goreng. Agak galau takut tiba-tiba Dhito muncul & perut saya kekenyangan. Untungnya saya terima tawaran mie gorengnya, gpp lah buat ganjel. Di situ memang tidak ada yang jual nasi, kabarnya ada yang jualan timbel tapi sekitar 1 kiloan.
Sampai menjelang jam 2 ngobrol2 dengan temen2 94 akhirnya mereka pamit. Tinggal saya & beberapa alumni R2 juga yang senasib menunggu rekan timnya yang belum juga tiba. Ada teman Angkatan 93, temen elektro, ada sekitar 4 orang kita akhirnya ngumpul dan ngobrol bareng daripada bengong kesepian gak jelas hehehe
Sekitar jam 2-an saya mau ke toilet lagi & ini sudah lebih dari 5x saya bolak balik ke toilet hehehe. Eh pas menuju toilet ada pelari yang datang menuju WS4 memanggil saya, ternyata itu Dhito! Horee! Saya keluarin hp untuk foto & videoin Dhito sedikit. Tapi saya harus menuntaskan hajat saya dulu sebelum start hehe.
Segera setelah itu saya ambil vest, trekking pole & pamitan ke temen R2 lain yg menunggu rekannya. Sampai ketemu di finish line kawan2!

Dari WS4 saya langsung berlari tapi gak tahan lama karena nanjak euy hehehe. Lari campur jalan, itu strateginya kalau tanjakan. Kalau datar lari begitu juga kalau turunan. Tapi kalau terlalu curam & licin terpaksa jalan.
Dari start hanya beberapa ratus meter jalanan aspal, setelah itu masuk medan trail, tanah & bebatuan. Tidak lama setelah start hujan turun lagi. Biasanya kalau lari saat latihan saya senang hujan-hujanan. Tapi di race ini saya pakai jas hujan karena bakal lama larinya & di gunung pula, takut kedinginan nanti, apalagi menjelang malam.
Karena hujan cukup deras, medannya menjadi becek & licin. Harus menerobos beberapa genangan air & lumpur. Sepatu langsung basah & penuh lumpur. Beruntung sekali bawa 2 trekking pole, membantu menjaga keseimbangan di medan yang licin dan juga menahan beban saat tanjakan/turunan curam. Tapi tetap saja, saya terpeleset & jatuh. Jatuh yang pertama cukup keras, mendarat di tulang paha kiri, terasa sakit kalau dipegang sampai sekarang.
Saat terpeleset, jari-jari kaki yang menahan mulai kram lagi. Beberapa kali harus berhenti untuk meredakan kram. Untuk membantu meredakannya saya minum larutan oralit, alhamdulillah lumayan sangat membantu walau rasanya nano nano
.
Di jalur yang sempit saya harus berhenti menepi saat berpapasan dengan motor trail yang berulang kali hilir mudik di jalur yang sama. Sampai akhirnya mulai menanjak memasuki bukit manglayang, memasuki kawasan hutan sendirian. Hanya sesekali berpapasan dengan penduduk setempat yang kadang saya yang kaget melihat kemunculan mereka atau sebaliknya hehehe.
Marka jalan sampai saat ini cukup jelas sampai sebelum nanjak menuju puncak manglayang ada 3 cabang: kanan, kiri atau lurus. Saya cari-cari marka tidak ketemu. Coba buka gpx viewer tidak muncul-muncul aplikasinya. Akhirnya saya putuskan untuk lurus saja, mudah-mudahan bener.
Dari situ tanjakan bener-bener ekstrim 70 sampai hampir 90 derajat! Iya, beberapa tanjakan agak sulit untuk melangkah karena saking tingginya, harus manjat, narik badan pakai tangan dengan berpegang dengan akar pohon / tanah. Tanjakan ekstrim ini hingga beberapa ratus meter ke atas, pepohonan pun makin rapat & saya masih tidak menemukan marka sampai agak ragu dengan jalur yang diambil & ingin balik. Tapi turun ke bawah juga gak gampang karena terjal sekali.
Sampai akhirnya tiba-tiba HP saya bergetar & ternyata sudah dapat sinyal. Saya langsung laporan posisi saya ke tim CodeRunners & cek gpx. Dari gpx sepertinya saya agak keluar jalur tapi saya putuskan untuk maju terus sampai ketemu jalur di gpx. Dan saya menemukan jejak kaki yang masih fresh jadi mudah-mudahan saya di jalur yang benar.
Tanjakan bertubi-tubi ini hingga pas menuju puncak akhirnya baru ketemu marka lagi. Di puncak manglayang ada seorang panitia yang kasih gelang penanda bahwa kita sudah sampai puncak. Saya minta air karena hampir habis, tapi nasib dia pun sama.
Dari situ jalurnya adalah turunan curam yang ternyata lebih sulit dari tanjakan. Sering sekali harus turun dengan posisi duduk karena terlalu berbahaya dalam posisi berdiri, apalagi hujan mulai agak deras, medan jadi lebih licin.
Ada satu turunan curam & dalam yang disebelah kanannya di kasih marka agar tidak lewat situ karena terjal, jadi harus lewat kiri. Di situ saya terpeleset dan hampir jatuh ke bawah, sudah menggelinding sampai marka itu, alhamdulillah ada batang pohon. Tangan saya gak bisa meraih batang pohon itu, alhamdulillah kaki saya berhasil saya sangkutkan ke pohon itu, alhamdulillah. Kalau sampai jatuh ke bawah bisa berabe, batu2 terjal di bawah & kiri kanan.
Beberapa jam saya ngesot (literally) ke bawah, sampai menjelang magrib sudah mulai gelap alhamdulillah bawa headlamp. Gak kebayang sebelumnya sudah gelap masih ngesot di gunung. Sampai waktu magrib tiba. Tanpa headlamp kondisi gelap gulita. Air minum sudah habis. Beberapa kali masih harus berhenti untuk meredakan kram.
Sampai sekitar 18.30 alhamdulillah akhirnya ketemu rumah penduduk & saya minta tolong minta air minum. Ternyata sekitar 500m dari situ ada WS5! Sampai di WS5 hujan makin deras, setelah dicek panitia, reload air minum lagi, makan pisang & 3 butir kurma untuk tambahan energi malam ini. Di sini saya bertemu tim support dari anak2 mahasiswa HMIF yang ternyata dari tadi nyariin saya hehehe. Hujan makin deras, badan saya mulai berasa dingin. Wah harus segera bergerak lagi nih agar tidak kedinginan.
Bismillah saya berangkat lagi, tapi hujan semakin lebat, baru beberapa puluh meter badan saya menggigil, saya putuskan untuk kembali lagi ke WS5 untuk berteduh sambil meredakan rasa dingin. Terus terang saya punya pengalaman buruk dengan rasa dingin ini. Saya masih pakai jas hujan, tapi baju sudah basah kuyup.
Di sini saya sempat berpikir untuk DNF saja. Saya khawatir kalau meneruskan di tengah hutan sendirian & kena hypothermia bisa berabe urusannya. Dari sini ke finish masih sekitar 9 kiloan.
Di WS5 sambil berteduh saya melihat RD Dendi stand by & koordinasi dengan timnya. Setelah hujan agak sedikit mereda saya putuskan untuk kembali bergerak. Bismillah…panitia juga memberi semangat. Sambil menggigil saya kembali bergerak. Kembali memasuki hutan & perkebunan yang gelap. Sebagian besar bisa dilarikan (walau harus menahan dingin karena angin), sebagian agak sulit karena medannya tidak rata, sering kepeleset karena malam kurang terlihat & licin. Karena terpeleset kembali kram & berhenti untuk meredakannya.
Beberapa kilometer sampai akhirnya memasuki pemukiman penduduk. Dari sini jalanan semen turunan cukup terjal & licin, jadi tidak bisa lari & harus berjalan hati-hati. Saat terpeleset, kram kembali menyerang.
Setelah itu kembali menanjak & sampai ketemu dengan salah satu panitia yang anak mahasiswa tambang yang menyuruh saya untuk berbelok ke kiri. Dari situ perkiraan saya harusnya saya sudah bisa finish sekitar 2-3 kiloan lagi. Saya tanya berapa lagi kira-kira? Dia bilang cuma sekitar 1 km lagi menuju WS7. Hah? WS7? Bukannya harusnya saya langsung menuju garis finish? Tapi saya gak kebanyakan mempertanyakan itu, mungkin karena sudah capek, nurut aja.
Tapi dari belok kiri tadi jalan kembali menanjak cukup terjal & panjang daaaan…mentok! Jalan buntu! Waduh! Saya cek gpx utk jalur R2 wah ternyata saya sudah keluar jalur dari sejak disuruh belok kiri tadi. Akhirnya saya bergerak kembali lagi (sambil kebayang harus menelusuri turunan tajam), di tengah jalan ada sinar headlamp beberapa puluh meter di sebelah kiri. Saya panggil & hampiri ternyata ada 4 orang alumni senior tim R8.
Akhirnya baru sadar kalau saya ternyata diarahkan ke jalur yang salah. Karena kalau ke WS7 itu berarti jalurnya R8, kalau R2 harusnya langsung menuju finish line. Tapi karena sudah dekat di WS7 akhirnya saya teruskan saja.
Di WS 7 saya laporan ke panitia kalau saya R2, apa saya balik lagi saja? Kata mereka jangan balik lagi karena akan makin jauh. Lebih baik teruskan saja dari WS7 ke finish line. Dari situ sekitar 5 kiloan. Jadi karena nyasar ke WS7 artinya saya nambah 2-3 kilo dari jalur yang seharusnya.
Dari WS7 ke finish line sebagian besar adalah jalur datar & menurun yang bisa saya lalui dengan berlari. Tapi karena sudah cukup letih, beberapa bagian terpaksa campur jalan juga.
Sampai akhirnya ketemu masuk pintu gerbang ITB Jatinangor, oh senangnya. Tapi gak bisa langsung menuju finish line. Diputer dulu melipir di sisi kiri kampus, sampai ke bawah, belok kanan melipir lagi dan nanjak lagi hehehe. Tadinya udah semangat lari eh kok gak sampe-sampe malah nanjak, ya udah jalan lagi wkwkwk…
Sampai belokan terakhir beberapa ratus menuju finish line saya lihat ada sosok baju kuning berjalan menghampiri & memanggil saya, ternyata Dhito menyambut saya. Baiklah mari kita mulai berlari lagi demi pose finishing yang epic hahaha, di situ disambut meriah oleh orang2 sepanjang finish line sambil didokumentasikan Dhito daan akhirnya alhamdulillah finish juga….![]()
Pengalaman yang luar biasa di race pertama sejak pandemic 2 tahun terakhir ini! Very very surprising IUATR 2022!
Thank you untuk panitia Mas Danang Ahmad Shalahuddin Zulfa , Race Director Dendi Dwitiandi, Mas Aleks Suhanto dan seluruh panitia yang sudah bekerja keras untuk event ini. Masih banyak yang harus diimprove tapi mari kita appreciate effort mereka yang luar biasa ini. Thank you so much.
Thank you tim CodeRunners, tim 94 dan keluarga untuk doa dan support-nya.
Sumber : Facebook / Arief Tarmizi
Partisipasi CodeRunners di ITB Ultra 2022 ini merupakan bagian dari Informatika Charity Run 40K, kegiatan lari untuk amal dalam rangka menggalang dana Beasiswa ALIF.
iaif-itb.org/charity-run